Guest Lecture Program Studi PJKR STKIP Pasundan: Menghadirkan Perspektif Global Mengenai Pedagogi Penjas Adaptif
- wawapuja
- 17 Jun
- 3 menit membaca
Diperbarui: 5 hari yang lalu

Cimahi, STKIP Pasundan – Program Studi PJKR STKIP Pasundan menghadirkan pengalaman belajar lintas budaya melalui kegiatan Guest Lecture bertajuk “Parasport Development in ASEAN,” dengan menghadirkan narasumber istimewa dari Jepang. Kegiatan yang berlangsung secara hybrid (luring dan daring) dengan bertempat di Aula Gedung A Kampus STKIP Pasundan, Kamis (12/6/2025), ini menghadirkan Assoc. Prof. Shinichi Nagata, Ph.D. dari University of Tsukuba, Jepang, sebagai pembicara utama.
Dalam sesi pemaparannya, Assoc. Prof. Shinichi Nagata membahas perihal kondisi inclusive physical education yang menjadi grassroot utama dalam pengembangan parasport di ASEAN masih belum terlaksana dengan baik. Data ini diperkuat oleh beberapa penelitian yang ditulis olehnya. Di samping itu, ia juga mendeskripsikan keterlibatan aktivitas fisik penyandang disabilitas masih terbatas oleh stigma masyarakat bahwa aktivitas fisik hanya boleh dilakukan oleh orang-orang nondisabilitas. Menurutnya, jika dibiarkan, keadaan ini akan menghambat perkembangan parasport di ASEAN. Oleh sebab itu, walaupun tidak banyak, beberapa organisasi non-profit di Jepang sudah mulai mendukung hal ini dengan cara menyuarakan dan mensosialisasikan pentingnya aktivitas fisik untuk semua orang (penyandang disabilitas dan orang nondisabilitas).
Ketua Program Studi PJKR STKIP Pasundan, Dr. Gita Febria Friskawati, M.Pd. menyatakan bahwa kegiatan guest lecture ini merupakan bagian dari visi misi Program Studi PJKR STKIP Pasundan yakni menghasilkan sarjana pendidikan jasmani yang mampu mengimplementasikan pedagogi olahraga serta menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran secara profesional untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan berdaya saing.
“Mahasiswa, utamanya yang mengikuti mata kuliah Penjas Adaptif, dapat menambah wawasan akademik mengenai pedagogi penjas adaptif dalam mendukung perkembangan parasport di ASEAN. Selain itu, mahasiswa juga diberikan motivasi dan inspirasi baru sehingga diharapkan dapat menjadi bekal bagi mereka kelak ketika menjadi seorang praktisi,” ungkap Dr. Gita.
Dr. Gita menanamkan prinsip “think globally, act locally.” Dimana, mahasiswa diharapkan memiliki bekal ilmu pengetahuan yang komprehensif mengenai keilmuannya terhadap isu-isu internasional sekaligus juga mendorong mereka untuk menerapkan pengetahuan tersebut secara kontekstual di lingkungan lokal maupun nasional.
Kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa Program Studi PJKR semester 6—yang mengontrak mata kuliah Penjas Adaptif—para dosen Program Studi PJKR STKIP Pasundan, guru PJOK yang tergabung dalam CEPE-Pasundan (Komunitas Guru PJOK Alumni PJKR STKIP Pasundan) ini berlangsung interaktif. Peserta aktif berdiskusi, melakukan sesi tanya jawab serta menjalin koneksi dengan narasumber yang memberikan wawasan baru terkait dengan grassroot perkembangan parasport di ASEAN.
Kegiatan guest lecture ini tidak hanya menjadi ruang dialog akademik yang memperkaya wawasan mahasiwa, dosen dan guru, tetapi juga memperkuat jejaring internasional PJKR STKIP Pasundan dalam mengembangkan kajian pendidikan jasmani. “Kegiatan ini menjadi jembatan untuk melakukan komunikasi intens dengan University of Tsukuba, melalui Assoc. Prof. Shinichi Nagata, untuk melakukan penjajakan kerjasama internasional. Selain itu, di semester mendatang, guna memenuhi pencapaian kriteria Indikator Kinerja Utama (IKU) dan poin akreditasi, Program Studi PJKR akan kembali melaksanakan guest lecture di mata kuliah yang berbeda dengan menghadirkan akademisi ahli di bidangnya. Rencananya, ada guest lecture dari University of Loughborough, Inggris, untuk mata kuliah Model-model Pembelajaran Penjas,” ungkap Dr. Gita. Melalui kegiatan ini, Dr. Gita menekankan kepada mahasiswa Program Studi PJKR untuk tetap menjadi pembelajar dengan memegang prinsip “think globally, act locally.”
“Saat ini, guru pendidikan jasmani bukan hanya bertugas mengajarkan gerak dan olahraga saja, melainkan juga membentuk karakter, inklusivitas dan kesadaran sosial melalui aktivitas fisik. Cakupan pendidikan jasmani adaptif khususnya sangatlah luas dan belum tersentuh. Oleh sebab itu, hal ini menjadi tugas kita bersama untuk mengembangkannya,” tutupnya. (Redaksi/WP)